Posted by : Unknown Senin, 27 Februari 2012



Mungkin saat ini  kau sedang berjalan menyusuri garis pantai biru disana, merasakan setiap butir pasir putih, yang terselip disela jemari kaki indahmu. Sesekali, kau juga lengkungkan senyum pada langit sore, yang menghadiahkanmu setangkup senja keemasan, lengkap dengan empat lingkar pelangi yang berwarna-warni. Tentu saja, ada juga siluet batu karang, burung berpasang-pasangan, dan perahu nelayan yang melintas di kejauhan.

Sungguh, aku selalu ingin kau seperti itu. Membayangkanmu mengekal dalam kebahagiaan, membuat jiwaku kembali sepakat untuk berdamai dengan hati, merelakan mimpi-mimpi, lalu kembali melanjutkan hidup yang sudah terlampau hambar. Maafkan aku sayang, yang masih sering terisak di malam hari, ketika mencium aroma kamar kita yang masih sama, dan kau yang tak ada. Maafkan aku juga, yang masih suka menangis di pagi hari, merindukan kecupan kecilmu, yang biasanya memberiku tanda bahwa malam telah usai, semacam angin yang mengucap selamat pagi.

Sepertinya aku semakin sulit memahami rindu. Seketika saja aku bisa mendengar tawa yang pecah seperti hujan, lalu disaat yang sama, mendengar isakan tangis yang tertahan, semacam nyanyi hujan di kejauhan. Andai saja aku bisa menyederhanakan rindu, sesederhana mereguk segelas capuccino hangat, dibawah langit yang gerimis sebuah kafe sudut jalan.

Kau tahu sayang? aku selalu memimpikan untuk pulang. Pulang menuju rumahku yang sesungguhnya. Pulang ke tempat dimana hanya ada kita, dua tungku perapian, dan selimut tebal coklat tua. Apakah ada surga yang lebih indah daripada itu? kalaupun ada, aku akan memilih surgaku sendiri, bersamamu.

Kaulah segala peristiwa, rangkai cerita disepanjang koridor masa, meninggalkan sejuta kata, melabuhkan rahasia, mengekalkan rindu. Apakah waktu, apakah luka, apapun, aku hanya menolak rindu, menyaksikanmu tak ada. Sungguh, segalanya akan menjadi seluruh yang utuh, rinduku, Tuhanku.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © JOMBLO YANG TERTUKAR -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -