- Back to Home »
- SURAT UNTUK BINTANG...
Posted by : Unknown
Minggu, 26 Februari 2012
Dear Bintang....
Apa kabarmu cantik? kuharap kau tak terkejut dengan datangnya surat ini.
Aku akhirnya memutuskan untuk menulis surat ini untukmu. Entahlah, aku
selalu merasa kau pasti bisa membaca suratku, meskipun aku tak begitu
yakin apakah ada internet di surga. Tapi bukankah surga adalah tempat
dimana semua keinginan bisa terwujud? Ah, sudahlah.. rasanya penyediaan
akses internet bukanlah perkara besar untuk Tuhan kan?
Bintang...
Saat aku menulis surat ini, aku baru saja pulang kuliah. Hmm.. tubuhku
terasa letih dan semacam mau rontok, tapi ini tak menyurutkan niatku
untuk menulis sepucuk surat cinta untukmu, perempuanku. Oh ya, Bintang..
kamu tak perlu khawatir, karena sebelum menulis surat ini, aku sudah
makan malam, jadi kau tak perlu pasang muka cemberut, sambil tiba-tiba
mematikan laptopku, dan memaksaku untuk makan, seperti yang sering kau
lakukan dulu.
Bintang ...
Semalam, tanpa sengaja aku menemukan rekaman video kita di ponselku. Aku
ingat, waktu itu kita sedang bercanda di sepanjang
perjalanan pulang kuliah. Aku baru sadar, kalau ternyata saat itu kau
merekamnya, seolah-olah saat itu kau sudah tahu, bahwa kita tak lagi
punya banyak waktu. Aku terus mengulang-ulang, bagian ketika aku
bernyanyi keras dengan suaraku yang tak ramah lingkungan dan mirip
kaleng rombeng, namun semua kekonyolanku itu, cukup untuk membuatmu
tertawa terpingkal-pingkal sepanjang perjalanan. Aku terus dengarkan
dengan seksama rekaman itu, bagaimana lekuk tawamu mengalun, semacam
harmoni yang memberikan energi, semua itu sekejap saja membuatku
tertegun tanpa sepatah kata, dan tak berapa lama, kusadari mataku sudah
berkabut. Aku sungguh merindukanmu, Bintang.
Kau tahu, Bintang? aku selalu bergelut dengan rindu yang tak berkesudahan.
Hal yang selalu tumbuh subur dan bersemi di dalam jiwaku, tapi
sejujurnya, aku ternyata cukup bahagia dengan semua itu, akupun sama
sekali tak keberatan, jika sekali waktu aku harus menyemai rindu-rindu
itu di ladang hatiku. Bahkan aku merasa, rindulah yang selama ini
menyatukan kita dalam angkuhnya jarak, begitupula luka, yang membawa
kita sampai pada cinta.
Entah mengapa aku selalu berdebar setiap melihat namamu di surat ini.
Belum lagi arsir wajahmu, yang seakan sudah membatu di kepalaku.
Terkadang aku benci akan pagi, yang selalu memaksaku untuk menyaksikanmu
yang tak ada. Sejujurnya, aku lebih suka malam, saat aku bisa sejenak
terpejam, dan kembali menemukanmu disana. Kau muncul seperti jantung
cahaya, yang berkilauan di atas samudera tenang tanpa gelombang. Ah,
sebenarnya aku tak yakin dimana aku sedang hidup saat ini, yang aku
tahu, saat ini aku sedang berada pada satu titik, dimana semua terlihat
samar-samar, dan satu-satunya yang terlihat jelas adalah kau.
Bintang ...
Sebelum tidur, aku ingin mengecup keningmu lewat surat ini. Ayo,
sekarang pejamkan matamu sebentar saja, karena aku akan tiba disana
memelukmu erat. Selamat malam sayang, selamat tidur perempuanku, aku
akan terus menghitung setiap detik yang berkurang, sampai kita
dipertemukan kembali.
Dari masa lalumu ...