Posted by : Unknown Sabtu, 18 Januari 2014




".... Tuhan, beri aku sepasang langkah kaki yang walaupun harus berjalan tanpa alas akan tetap ingin berjalan bersamaku saja. Biarkan aku bertemu yang sederhana tapi mampu bertahan dalam ketidaksempurnaanku sebagai manusia, setia mencintaiku karena ia sepenuhnya mencintai-Mu, jadikan aku mengerti bahwa Engkau tidak menciptakan cinta untuk membuatku pergi dari-Mu..."

Dia duduk di bangku yang sama, sudah lebih dari 10 menit aku memandangnya dari sini, dari tempat yang tak mungkin ia tangkap dengan tatapannya, yang selalu bisa mencairkan rasa lelahku, bahkan terkadang tatapannya mampu membuatku tersenyum tanpa alasan yang masuk akal.

Dia masih asyik dengan lembar buku, sambil sesekali memainkan bolpoint di jari kirinya, dengan kerudung biru terang terpasang rapi di kepalanya, jika kalian tau, kulit wajahnya seperti gumpalan awan. Dan kerudung itu seperti langit kesayangannya, cantik. Senyumnya seperti begitu nyaman memeluk wajahnya, dan tiap kali sentum itu mengarah padaku, selalu dapat membuat bulu-bulu halus di pundakku menari. Senyum itu, akulah laki-laki yang setia menyimpannya.

Iya, dia wanita yang selalu aku sebut sebagai bintangku. Bintang yang setiap hari kutuliskan tentangnnya di buku catatanku, rapi, detail. Bintang yang hanya berjarak sehasta tapi tidak akan pernah bisa nyata kupunya. Seandainya saja aku bisa memindahkan takdir ini. Seandainya saja aku bisa memiliki dan tidak hanya menyimpan senyumnya. Seandainya. Ah, aku benci kata itu.

"... apa keningku sudah tertangkap matamu? Apa kerumunan itu menggannggu jarak pandangmu ke arahku ? Apa langkahmu tertahan beberapa hati yang kautemukan di perjalanan ? Atau apakah ada beberapa lengan janji yang memaksamu berhenti untuk menepi ? Jika benar, aku harap itu hanya sejenak saja. Oh ya, apa kau pernah membayangkan akan seperti apa wajah anak kita kelak ? Ketika kau bahkan ..... belum (juga) berhasil menemukanku ? Cepat selamatkan aku, atau aku akan mulai kehilangan diriku sendiri disini ..."

Ah, bagaimana aku bisa terlalu jatuh hati pada perempuan pemimpi ini. Yang isi kepalanya dipenuhi dongeng soal pangeran berkuda putih. Aku rasa aku terlalu jatuh cinta padanya. Bintangku. Apa aku berdosa karena telah melakukannya dengan sengaja ? Apa Tuhan akan menghukumku karena dengan begitu mudahnya mengalah pada perasaan dan menduakanNya ? Paulo Coelho bilang, tidak ada hal yang betul-betul salah, bahkan jam rusakpun benar dua kali dalam sehari.

Walau setitik, apa ada yang bisa kubenarkan atas tindakanku ini ? Hmm... aku rasa tidak. Tapi hatiku selalu bilang, tak apa, kau hanya jatuh cinta, bukan membunuh atau mencuri. Manusia memang paling pandai bilang 'tak apa" pada kesalahannya sendiri.

Bintang menatapku kali ini. Ah, bagaimana dia bisa tau saat ini aku sedang bercerita padamu tentangnya.



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © JOMBLO YANG TERTUKAR -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -